Apa yang terjadi apabila dunia terasa begitu gelap tapi semangat hidup seakan menjadi satu-satunya cahaya harapan yang tak pernah redup?
Inilah yang dirasakan setiap harinya oleh saudara kita yang menyandang tunanetra. di Indonesia sendiri, sekitar 600 ribu orang muslim menjadi penyintasnya.
Meski dibekali dengan keterampilan khusus, belajar adaptasi, dan ridho pada takdir Ilahi, tapi tetap saja, penyandang tunanetra membutuhkan dukungan dan perhatian yang khusus dalam banyak hal.
Tidak dapat melihat keindahan ciptaan Allah di dunia, bukan alasan untuk menyerah pada keadaan. Nyatanya, saudara kita penyintas tunanetra punya gairah tinggi mempelajari ilmu agama. Mungkin semangat dan rasa antusias mereka jauh lebih tinggi dari kita.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung mereka?
Faktanya kehidupan tunanetra di pedalaman Indonesia tidak baik-baik saja. Mereka menghadapi tantangan yang berat. Bukan hanya karna tidak tersedianya alat bantu melihat, lajur kuning untuk berjalan, akses pada teknologi canggih saja, tapi, mereka juga tidak bisa berada dekat dengan kitabullah.
Al-Quran Braile yang diciptakan khusus ini adalah satu satunya penerang bagi mereka. Tapi, sayangnya tidak semua dapat memilikinya karna harganya yang tidak terjangkau. Ketersediaan pengajar yang terbatas jumlahnya juga menjadi rintangan yang amat sangat.
Loka Bina Karya (LBK) Balikpapan salah satunya. Meski proses belajar mengajar aktif dilaksanakan, tapi sekarang, kondisi quran braile yang lembaga miliki telah usang dan titik timbulnya susah dikenali.
Jika begitu, lalu, bagaimana saudara kita penyandang tunanetra dapat mengenal agamanya yang sempurna ini?
Yuk bersama kita hilangkan kesusahan saudara kita yang sedang mempertaruhkan jiwa raganya untuk belajar memahami agama. Semoga tiap huruf yang dibaca, menjadi cahaya untuk hidup kita yang lebih bermakna.