Inilah suasana pembinaan Muallaf suku togutil di malam hari, meski dalam kondisi tanpa penerangan para muallaf antusias belajar mengenal Al Quran.
Suku Togutil atau dikenal juga sebagai Suku Tobelo Dalam merupakan suku terasing yang tinggal di dalam hutan Totodoku, Tukur-Tukur, Lolobata, Kobekulo dan Buli di Halmahera Timur, Maluku Utara. Kehidupan mereka tergantung dari alam sekitar, seperti makanan biasanya mereka akan mencari dengan berburu di sekitar hutan.
Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu bambu dan beratap daun woka serta daun palem livistona. Umumnya rumah mereka tidak berdinding dan berlantai papan panggung.
Agama asli yang dianut Orang-orang Suku Togutil yaitu kepercayaan yang terpusat pada ruh-ruh yang dianggap menempati sudut alam sekitar. Mereka percaya akan adanya satu kekuatan yang bernama Jou Ma Dutu, pemilik alam semesta yang biasa disebut juga dengan O Gokiri Moi yang berarti jiwa atau nyawa.
Namun Alhamdulliah kini cahaya Islam telah menerangi hati mereka. Dengan upaya Ustaz Nurhadi, seorang dai dari Hidayatullah yang memperkenalkan Islam kepada mereka. Berkat pendekatan dan pendampingan yang dilakukannya, Suku Togutil perlahan-lahan tertarik pada agama rahmatan lil ‘alamin.
Saat ini, sudah sekitar 200 orang lebih suku Togutil memeluk agama Islam. Sedikit demi sedikit mereka belajar Islam; berwudhu, sholat, membaca Al-Quran, berpakaian, dan berperilaku baik.
Saat ini suku Togutil ini sudah cukup banyak yang mengenal Islam. Satu persatu mereka menyatakan diri untuk masuk Islam dan bersyukur ada dai yang siap membina mereka keluar masuk hutan.
Ustadz Nurhadi berdakwah di pedalaman Halmahera membina Suku Togutil di mana mereka masih kental terhadap kepercayaan animisme. Dalam dua tahun itu juga, sudah tak terhitung beliau bolak-balik dari Kota Ternate ke Patlean, Maba Utara, Halmahera Timur dengan perjalanan darat dan laut. Bertolak dari Ternate naik speedboat satu jam menuju Ibu Kota Maluku Utara, Sofifi. Kemudian dari Sofifi, Ustadz Nurhadi akan melanjutkan perjalanan darat sekitar 4 jam menuju Tobelo.
Di Tobelo biasanya beliau akan belanja bahan pokok yang akan dibagikan kepada orang-orang Togutil. Selanjutnya, beliau naik feri malam sekitar 8 jam menuju Patlean, berangkat tengah malam dan tiba di subuh hari. Kapal berhenti di tengah lautan, kemudian perahu kecil akan menjemputnya menuju daratan.
Tantangan yang berat bila musim hujan tiba, pendopo tidak berdinding dan beratap dari daun woka yang dipakai buat musholla buat mengajar mengaji dan ibadah sholat ini, tidak bisa dipakai. Karena lantainya yang terbuat dari kayu basah, dan jalan tanah menjadi becek dan licin.
Kini muallaf dari suku Tugotil serta masyarakat sekitar membutuhkan masjid sebagai tempat untuk pembinaan dan menjalankan ibadah dengan lebih baik lagi, karena memang di daerah ini sama sekali belum ada masjid. Mari, wujudkan solidaritas kita untuk mengokohkan hidayah bagi suku terasing dan pedalaman dengan mewujudkan masjid sebagai tempat sujud dan menyempurnakan ibadah mereka. Keberadaan masjid yang terletak di Jl Trans Sp Patlean Desa Wasileo Kec Maba Utara Kab Halmahera Timur ini akan sangat berharga keberadaannya.
Mari bersama BMH menguatkan dakwah di pedalaman, Halmahera dan pulau terpencil lainnya. Dukungan Anda dapat disalurkan dengan:
- Klik tombol DONASI SEKARANG
- Isi nominal donasi yang ingin diberikan
- Pilih metode pembayaran
- Ikuti instruksi untuk menyelesaikan pembayaran
Tidak hanya berdonasi, teman-teman juga bisa membantu dengan cara menyebarkan halaman galang dana ini ke orang-orang terdekat agar semakin banyak orang yang ikut membantu.